Minggu, 29 September 2013

Silat


Sejarah Silat di Indonesia

Nenek moyang
bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.
Pencak silat telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama. Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah "silat" paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di rantau Asia Tenggara.
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu Siliwangi sebagai tokoh pencak silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah Mada mahapatih Majapahit dan Si Pitung dari Betawi.
Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Dalam budaya beberapa suku bangsa di Indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain adalah gerakan silek Minangkabau kerap ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat Minangkabau. Dalam prosesi pernikahan adat Betawi terdapat tradisi "palang pintu", yaitu peragaan silat Betawi yang dikemas dalam sebuah sandiwara kecil. Acara ini biasanya digelar sebelum akad nikah, yaitu sebuah drama kecil yang menceritakan rombongan pengantin pria dalam perjalanannya menuju rumah pengantin wanita dihadang oleh jawara (pendekar) kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh hati kepada pengantin wanita. Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara penghadang dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu saja dimenangkan oleh para pengawal pengantin pria.
Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Pada 11 Maret 1980, Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat.
Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.


Perguruan Silat di Indonesia

1. IKS.PI (Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia) KERA SAKTI
   - didirikan oleh R.Totong Kiemdarto di kota madiun jl.merpati no.45 pada tahun
     1980, merupakan aliran tenaga dalam,dan perpaduan dari silat di nusantara  
     dan KUNG FU.
2. Pencak Silat Nahdlatul Ulama PAGAR NUSA
   - merupakan badan otonom dibawah naungan Nahdlatul Ulama yang menampung  
     berbagai perguruan dan aliran pencak silat di kalangan Nahdliyin. Gabungan
     dari berbagai aliran dan perguruan seperti Perguruan Cimande, GASMI
     (Gerakan Aksi Silat Muslim Indonesia), GASPI, Padepokan Saperti, Jawara
     Pencak Club, Perguruan Seni Pencak Silat Hizbullah(Malang), Batara, dll.
3. Silat Kijang Berantai
   - didirikan oleh Hj. Djuhardi dari kampung dagang kabupateen sambas.
4. HASDI (Himpunan Anggota Silat Dasar Indonesia)
   - didirikan oleh Bapak RS. Hasdijatmiko pada tahun 1961, yang berpusat di
     Jember Jawa Timur, merupakan perguruan silat yang mengembangkan tekhnik
     gerak silat cepat dan lugas.
5. Perguruan Pencak silat Kera Sakti
    - merupakan aliran tenaga dalam,dan perpaduan dari silat di nusantara dan  
      KUNG FU.
6. Perguruan Pencak Silat Persinas Asad
    - merupakan Perguruan Asad yang religius ini banyak mencetak pesilat
      internasional. Hal itu dibuktikan dengan banyak atlet persinas asad yang
      mengikuti Kejuaraan dunia pencak silat.
7. Perguruan Pencak Silat Merpati Putih
    - merupakan perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS Betako)
8. Perguruan Pencak Silat PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate)
   - didirikan oleh Ki Hajar Harjo Utomo pada tahun 1922, PSHT adalah perguruan  
     silat yang mengajarkan kesetiaan pada hati sanubari sendiri yang
     bersandarkan pada Tuhan Yang Maha Esa. Perguruan ini mengutamakan
     persaudaraan dan berbentuk sebuah organisasi.
9. Silat
Perisai Diri
   – teknik silat Indonesia yang diciptakan oleh Pak Dirdjo (mendapat
      penghargaan pemerintah sebagai Pendekar Purna Utama) yang pernah
      mempelajari lebih dari 150 aliran silat nusantara dan mempelajari aliran
      kungfu siauw liem sie (shaolin) selama 13 tahun. Teknik praktis dan efektif
      berdasar pada elakan yang sulit ditangkap dan serangan perlawanan
      kekuatan maksimum. Saat ini merupakan silat yang paling dikenal dan banyak
      anggotanya di
Australia, Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.
10. Silat Riksa Budi Kiwari
    - perguruan ini didirikan oleh Pak Ujang Jayadiman pada tahun 1982 di
      Bandung. Meskipun usia perguruan ini tergolong masih muda,namun telah
      mencetak banyak atlet-atlet berprestasi baik di tingkat Nasional maupun
      Internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar